Menurut ahli bahasa Ferdinand De Saussure, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol, karna dengan bahasa, setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lainnya. Jadi orang lain dapat membedakan kita dari suku lainnya, dari bahasa yang kita tuturkan. Nah, sejauh mana kita mengenal bahasa daerah kita sendiri, khususnya bahasa Batak Toba? Coba kita renungkan sejenak, misalnya kita sedang bersantai dengan teman kita yang juga bersuku batak, di suatu pusat keramaian/ mall, apakah kita ngobrol dalam bahasa batak?
Coba jawab dengan jujur deh, hehee. Mungkin pertanyaan ini itu terlalu jauh yaaa, karna boro-boro ngobrol dalam bahasa batak, paham saja engga, heheee. Sadar atau tidak, sebenarnya ini dapat berbahaya bagi kelangsungan budaya batak kedepannya. Apalagi jika muda-mudi nya, tak mampu lagi berbahasa batak, jangankan secara aktif, pasif pun tidak.
Bahasa yang dimaksud disini adalah khusus bahasa Batak Toba, dan apa saja sich faktor penyebab rendahnya penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi dikalangan muda-mudi nya? Yuk kita simak….
-
Faktor Internal
- Faktor komunikasi di dalam keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk mengenal dan belajar berbahasa Batak Toba. Di lingkungan keluarga, orang tua sebaiknya mengajarkan anak- anaknya sejak dini untuk dapat menggunakan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi. Hal ini berarti bahasa Batak Toba merupakan bahasa pengantar di dalam lingkungan keluarga.
- Faktor sikap muda-mudi Batak Toba yang beranggapan “untuk apa berbahasa Batak”. Sikap seperti ini jika diteliti lebih lanjut, dikarna kan para muda-mudi Batak Toba merasa malu jika berbahasa Batak di tempat keramaian dan menggangap berbahasa Batak adalah bahasa parhuta-huta (kampungan).
- Faktor adanya perasaan malu sebagai orang Batak. Sebagian muda-mudi batak malu menunjukkan identitasnya sebagai orang Batak, bahkan menyesal terlahir sebagai orang Batak. Ironi sekali yaa, padahal itu karna mereka belum mengenal lebih dalam mengenai adat istiadat dan budaya batak. Mereka hanya memandang dari sisi negatif, bahwa orang batak itu keras, suka berkelahi, sering berselisih dan lain-lain. Suku lainnya mungkin juga sama kok, hanya saja pandangan masyarakat terlanjur negatif. Mantep bukan jika muda-mudi batak dapat berkomunikasi dalam bahasa Batak toba secara fasih? Trus dengan bangga mengatakan “Ai Halak Batak Do Ahu” (aku orang Batak).
-
Faktor Eksternal
- Faktor perubahan gaya masyarakat. Perubahan gaya masyarakat khususnya muda-mudi Batak, misalnya dalam acara natal di gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) ketika mandok hata (berbicara) ketika mereka menyampaikan kata sambutan, umumnya menggunakan bahasa campuran, bahasa Indonesia dan bahasa Batak. Muda-mudi batak juga cenderung malas untuk menghadiri acara adat, misalnya pesta perkawinan adat Batak atau mangadati, karna merasa tidak cukup paham / mampu berbahasa
- Faktor banyaknya muda-mudi batak yang merantau. Muda-mudi Batak terkenal suka merantau untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, oleh karna itu mereka harus memiliki tingkat pendidikan yang mumpuni. Ternyata semakin tinggi tingkat pendidikan, berdampak negatif bagi penguasaan bahasa Batak dikalangan muda-mudinya. Alasannya karna bahasa yang dipakai dalam dunia pendidikan dan pengajaran formal adalah bahasa Indonesia, sehingga penggunaan bahasa Batak Toba dikalangan muda-mudi pun menjadi semakin jarang.
- Faktor lingkungan social yang heterogen. Lingkungan social yang heterogen dapat mempengaruhi dan mewarnai kebiasaan- kebiasaan dalam kehidupan suatu keluarga terutama dalam hal bahasa. Muda-mudi batak yang tinggal di lingkungan social heterogen, yang berbaur dengan beragam suku, membuat muda-mudi tersebut tidak dapat menggunakan Bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi dengan lancar.
Nah, mungkin ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk melestarikan budaya kita, khususnya bahasa batak toba, yakni :
- Pengenalan bahasa Batak Toba akan sangat efektif jika dimulai dari keluarga. Keluarga merupakan sarana sosialisasi primer yang berperan penting dalam membantu muda-mudi batak untuk memahami penggunaan bahasa Batak Toba. Oleh karena itu setiap keluarga, hendaknya memperkenalkan bahkan lebih baik jika mempergunakan bahasa Batak Toba sebagai komunikasi sehari-hari di dalam keluarga.
- Bapak/Ibu suku Batak hendaknya lebih berperan dalam mensosialisasikan bahasa Batak Toba di dalam keluarga, karna keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk mengenal bahasa dan mendapatkan pendidikan. Sebaiknya bahasa Batak Toba digunakan dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga.
- Muda-mudi batak sebagai penerus kebudayaan bangsa, hendaknya tidak lagi malu/gengsi menggunakan bahasa Batak, karena generasi mudalah yang nantinya diharapkan dapat melestarikan dan lebih mencintai bahasa daerah khususnya bahasa Batak Toba.
Sebagai muda-mudi batak yang bangga akan budayanya, maka mari kita menjadi pembawa perubahan dan mengajak muda-mudi batak lainnya untuk mengenal, mempelajari dan mempraktekkan bahasa batak dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja tidak meninggalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan kita. Tidak hanya bangga bisa berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, namun bangga bisa fasih berbahasa bahasa Batak Toba karna “Ai Halak Batak Do Ahu”….