Blog Batak – Monang Siagian asal Medan merupakan seorang pengusaha yang memproduksi Rumah Boneka Barbie di Kawasan Jalan SMA 2 Polonia, Medan. Kesabaran dan kerja keras menjadi modal utama dari seorang Monang Siagian. Monang dikenal banyak orang sebagai pengusaha Rumah Barbie yang masih bertahan di zaman yang penuh dengan persaingan mainan anak yang semakin lama semakin maju dan berkembang.
Namun, di balik kisah kesuksesannya, Monang justru memiliki kisah inspiratif yang dapat memotivasi banyak orang. Di umur yang masih kecil, Monang harus kehilangan kaki kirinya akibat terjatuh dari sebuah kereta api sewaktu melakukan perjalanan. Saat itu, Monang masih berusia 4 tahun. Namun, kondisi tersebut tidak membuat Monang putus asa. Rasa percaya diri yang kuat justru membuat sosok lelaki tegar ini mampu berkarya dengan tanganya sendiri dan ia berpikir bahwa cacat bukan alasan untuk tidak terus berusaha dan berkarya.
Bukan hanya Rumah Barbie yang diproduksi oleh Monang Siagian dalam usahnya untuk terus bertahan hidup sebagai lelaki yang kehilangan kaki kirinya. Dengan keuletannya, Monang Siagian membuat beberapa mainan anak lainya yang masih berhubungan dengan dunia Barbie seperti halnya kursi, tempat tidur, dan beberapa miniatur kendaraan. Bahkan inspirasi datang dengan tiba-tiba dan Monang pun menjadikan rumah usahanya sebagai ruang usaha yang multi fungsi. Selain menjual rumah Boneka Barbie, Monang juga menjual kerupuk kulit yang dipajang di ruang usaha.
Rumah boneka yang dibuatnya itu dijual dengan harga 300 ribu sampai dengan 800 ribu, sedangkan untuk aksesorisnya, Monang Siagian mematok harga mulai dari 150 ribu untuk satu item. Semakin mahal harganya, berarti semakin sulit pengerjaan Rumah Barbie yang dilakukannya. Dalam menjalankan roda bisnis tersebut, Monang Siagian dibantu oleh istrinya dan ketiga karyawan yang setia membantu memasarkan dan memproduksi usahanya tersebut.
Hasil dari karya Monang yang berupa mainan dan Rumah Barbie juga telah tersebar di seluruh Indonesia dengan mangsa pasar tersendiri. Prinsip yang dipegang oleh Monang Siagian adalah tidak untuk menjual barangnya di market modern seperti mal dan sejenisnya. Ia menganggap lebih baik menjual barangnya secara langsung. Bila perlu, konsumen bisa datang langsung dan uang yang didapat juga bisa diterima secara langsung.
Berbeda bila ia harus melakukan kerjasama dengan mall atau sejenisnya, pembeli dapat langsung membayar, namun si pengusaha harus menunggu sesuai dengan kesepakatan antara dirinya dengan pihak mall atau departement store. Trik yang bagus untuk sebuah usaha kecil dengan basis ekonomi jemput bola yang dilakukan oleh Monang untuk bersaing dengan pengusaha lainnya.
Monang beserta karyawan dapat menghasilkan 30-40 unit Rumah Barbie. Meski begitu, pesanan bisa juga semakin membludak. Di awal tahun 2002, pendapata Monang Siagian bisa mencapai 10 juta rupiah dalam satu bulannya. Di awal usahanya yang pesat, Monang sempat membuka cabang usahanya sebagai media promosi, namun ditutup kembali agar lebih fokus pada tempat usahanya yang sampai saat ini masih melayani pemesanan.
Kisah inspiratif Rumah Boneka Monang Siagian ini merupakan kisah yang memberikan pesan moral bahwa cacat bukan suatu hambatan manusia untuk berkarya. Usaha demi mewujudkan semua cita-cita dan keinginan adalah hal yang paling utama.