Susu Jupe
Written by Hemat Purba, Posted in Catatan Harian
Pagi tadi, sepulang mengantar istri dan anak ke stasiun (mereka mau pergi ke rumah mertua), hati saya begitu riang. Sepanjang jalan saya bernyanyi-nyanyi kecil. Walaupun dengan suara agak sumbang, saya menyanyikan lagu “Jangan Kuatir” ciptaan Bonar (Gorga) Gultom. “Lihatlah bunga bakung kecil di dalam lembah dst” itulah sebagian lirik lagunya. Di tengah perjalanan, mata saya tertuju ke suatu tulisan kecil di sebuah warung. “Susu Jupe” demikian tulisan tersebut.
Imajinasi dan fantasi liar langsung menghinggapi pikiran saya. Saya langsung membelokkan motor saya ke warung tersebut. Sebenarnya saya sudah agak lama tidak minum susu karena dokter pernah menyarankan agar saya mengurangi mengkonsumsi yang manis-manis. Tetapi karena ada embel-embel Jupe, saya mau mencobanya. Bagaimana kira-kira nikmatnya susu Jupe ini. Mungkin senikmat susu murni. Dan perlahan-lahan lagu Jangan Kuatir berganti dengan Belah Duren. Begitu duduk di warung, “Susu Jupe satu” kata saya ke yang empunya warung. Tidak berapa lama kemudian susu itu pun telah tersaji di hadapan saya. Dan saya pun agak menyesal karena rasanya sangat biasa-biasa saja. Rasa susunya tidak begitu terasa.
Kira-kira 30 menit kemudian, saya sampai di rumah. Siap-siap mau ke Bagas ni Damang. Saya lihat-lihat sekeliling rumah. Dan betapa terkejutnya saya karena pepaya kami yang telah menguning hilang dua buah. Buah itu masih ada ketika saya mengantarkan istri saya. Buah yang telah lama saya pelihara. Pohonnya saya bersihkan. Saya rawat baik-baik tetapi buahnya hilang sekejap. Betapa kesalnya saya. Memang sebelumnya istri saya telah mewanti-wanti agar buah pepaya itu saya ambil mengingat sebelum-sebelumnya juga sudah pernah hilang. Tetapi karena belum matang benar, saya sarankan akan kami ambil beberapa hari kemudian. Hati saya dongkol.
Dan saya pun pergi ke dapur untuk mengambil pisau. Pohon pepaya itu akan saya tebang. Daripada mengesalkan hati. Saya berpikir beberapa saat. Tebang? Tidak? Saya pandangi pohon itu. Begitu bagus. Menghasilkan buah yang bagus juga. Mengapa harus ditebang? Lalu saya teringat nats yang ada di Alkitab bahwa pohon yang tidak menghasilkan buah lah yang ditebang. Rantingnya akan dikumpulkan dan dibakar. Tetapi ini? Dia menghasilkan buah yang baik. Ya, sudahlah. Dan mungkin jika pohon itu saya tebang, pohon itu mungkin akan protes dan berkata demikian “Apa salahku hingga harus kau tebang aku. Secara aku bisa menghasilkan buah yang baik. Besar pula. Sebesar susu Jupe, eh salah “pepaya Jupe”.
Selamat hari Minggu buat kawan-kawan sekalian. Beta mengopi tu lapo an. Sejujurnya, sampai status ini saya upload, saya masih kesal.
Author: Hemat Purba
Hematov Bosrin Purba lahir di Dolok Sanggul tanggal 31 Januari. Sekarang berdomisili di Bandung. Seorang penggemar catur.
Apa yang menarik dari Blog ini ???
belom ada cen, namanya juga baru mulai.. ckk…